Tersedia Online
Badan Pangan Nasional
Edisi
volume 3 nomor 1
Penerbit
Badan Pangan Nasional
ISBN
Deskripsi Fisik
Subjek
Bahasa
indonesia
Call Number
Deskripsi
Tahun Baru 2024 membawa harapan baru tentang
perubahan yang lebih baik. Dalam konteks pembangunan
ketahanan pangan, tahun baru memantik semangat dan
optimisme menghadapi berbagai tantangan di sektor pangan,
antara lain El Nino yang berdampak pada produksi pangan,
kenaikan harga-harga komoditas pangan, degradasi lahan,
dan regenerasi petani.
Kita patut bersyukur telah melewati tahun 2023 dengan
situasi dan kondisi ketahanan pangan yang relatif baik. Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indonesia tahun 2023
terjaga stabil dan terkendali pada rentang target sasaran 3%
±1. Capaian inflasi tahun 2023 tersebut tercatat sebesar
2,61% (yoy) atau menurun dibandingkan realisasi tahun
2022, yakni sebesar 5,51%(yoy).
Adapun komponen harga pangan bergejolak (volatile food)
meningkat sebesar 1,42% (mtm) atau 6,73% (yoy). Beras
dan cabai menjadi komoditas penyumbang utama inflasi
2023. Gangguan cuaca akibat El Nino menyebabkan produksi
pangan terutama padi dan aneka cabai menjaditidak optimal.
Sepanjang tahun 2023, Pemerintah terus menjaga
ketersediaan pasokan pangan dan keterjangkauan harga
melalui serangkaian program. Gerakan Pangan Murah (GPM)
menyediakan bahan pangan yang terjangkau menjadi
program yang digencarkan di seluruh daerah. Masyarakat
dapat membeli bahan pangan di bawah harga pasar.
Sementara itu, untuk masyarakat berpendapatan rendah
diganjal dengan program bantuan pangan beras, telur, dan
daging ayam, sehingga selain dapat memenuhi kebutuhan
pokok tersebut, juga diharapkan mendukung upaya
penurunan stunting.
Stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) juga terus
dikuatkan dengan mengoptimalkan potensi produksi dalam
negeri dan kebijakan importasi yang terukur dengan
mempertimbangkan harga di tingkat produsen. Hingga akhir
tahun 2023, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang
ada di Bulog terjaga di atas 1 juta ton.
Selain itu, Badan Pangan Nasional juga tidak henti-hentinya
menyuarakan dua aspek penting dari perubahan perilaku
yang berdampak pada ketahanan pangan, yaitu mengubah
kebiasaan pola konsumsi pangan menjadi lebih beragam,
bergizi seimbang, dan aman (B2SA) dan mengubah kebiasaan
boros pangan.